Sabtu, 27 Desember 2008

MENGANGKAT BULAN SABIT

MENGANGKAT BULAN SABIT KEMBALI KE PUNCAK MASJID
Oleh: Kunarso

BULAN SABIT atau hilal yang muncul menandai datangnya awal bulan Muharam yaitu bulan pertama dalam Kalender Islam atau dikenal dengan Tahun Hijriyah belakangan ini selalu mendapat perhatian ummat muslim di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia dan khususnya di Kota Samarinda. Berbagai macam agenda acara disusun untuk menyambutnya, ada tablig akbar, pawai, perlombaan, bakti sosial dan pemasangan spanduk di berbagai tempat strategi.
Apabila dicermati catatan sejarah kejadian pada masa lampau, maka dapatlah diketahui bahwa perhatian terhadap hilal sudah ditunjukkan oleh Rasulullah Muhammad SAW bahkan beliau memberikan contoh apabila melihat hilal maka beliau berdo'a.
Adapun contoh do'a dari Rasulullah Muhammad SAW dalam menyambut munculnya hilal tertera di dalam hadist diriwayatkan oleh Tirmidzi yang artinya sebagai berikut: "Dari Abdullah bin Umar r.a. menyatakan : Rasulullah jika melihat hilal (bulan sabit) lalu membaca: "Allahu Akbar, allahumma Ahillahu "alaina bil amni wal imani wassalamati wal Islami wattaufiqi lima tuhibbu watardha rabbuna wa rabbukallah".
(Artinya : Allah Maha Besar, Yaa Allah berikanlah kepada kami hilal (bulan sabit) yang membawa keamanan, keimanan, keselamatan, keIslaman serta berilah petunjuk kepada apa yang Engkau cintai dan sukai, Tuhan kami dan Tuhanmu adalah Allah).
Adalah sangat tepat apabila doa tersebut diucapkan oleh segenap penduduk negeri ini pada saat nenyongsong hilal pada awal tahun hijriyah dengan harapan semoga kondisi bangsa dan negara dapat kembali membaik untuk waktu selanjutnya nanti.Dalam kondisi negara dan masyarakat Indonesia yang belum pulih dari suasana keprihatinan sebagai akibat dari berbagai krisis dan berlanjut dengan berbagai bencana yang telah melanda negeri ini, munculnya hilal seolah akan membawa pesan tersendiri bagi umat muslim agar tetap optimis dan bersemangat melangkah maju menuju masa depan yang segera datang. Bagaimana tidak ?
MENGGUGAH SPIRIT
Dengan terbit bulan sabit dapat membuat spirit tergugah untuk berharap bahwa bulan purnama akan datang, Insya Allah. Seperti yang pernah dikatakan oleh Buya Hamka : "Apabila bulan sabit terbit di ufuk barat, maka bolehlah berharap bahwa akan datang bulan purnama".Boleh jadi para ulama dan umat muslim di masa lampau sengaja memilih bulan sabit sebagai lambang setelah melalui pemikiran dan pertimbangan yang matang. Lambang yang penuh arti dan makna itu telah sekian lama menjadi kebanggaan umat muslim dan dipasang di puncak menara dan kubah masjid. Lebih dari itu, berbagai organisasi Islam menggunakannya sebagai lambang yang memberi makna untuk membesar dan berkembang di masa selanjutnya. Tidak heran apabila ternyata kemudian ada juga umat muslim yang menggunakannya sebagai ornamen penghias rumahnya.
Walaupun ada sementara orang yang tak peduli dengan arti penting lambang dan simbol, adalah tidak berlebihan jika dikatakan bahwa di dalam kehidupan sehari-hari seorang manusia hampir selalu dihadapkan dengan lambang dan simbol. Ketika di rumah membaca buku, maka seseorang menghadapi lambang atau simbol bunyi berupa huruf dan ketika berjalan di jalan raya maka akan banyak terbantu oleh adanya lambang dan simbol pemberi petunjuk sehingga lalulintas menjadi lancar. Ketika beribadah, ternyata bahwa sebagian acara ritual ibadah agama Islam merupakan lambang yang penuh arti dan makna.
Ibadah haji contohnya, disana ada ritual melempar jumroh yang dilambangkan sebagai perlawanan terhadap syeitan yang menjadi musuh nyata umat manusia. Penyembelihan kurban dilambangkan sebagai ketaatan umat muslim memenuhi perintah Allah, SWT sebagaimana kesediaan Nabi Ibrahim mengorbankan putra yang disayanginya semata memenuhi perintah Yang Maha Kuasa. Bukan darah dan daging kurban yang akan sampai kepada Allah SWT melainkan taqwa.


MENGANGKAT BULAN SABIT
Penggunaan bulan sabit sebagai simbol di puncak masjid sudah sejak lama dilakukan oleh ummat muslim di masa lalu, kemudian setelah beberapa dekade sempat berkembang penggunaan simbol yang lain, maka kini kecenderungan terhadap penggunaan kembali lambang hilal atau bulan sabit kian berkembang dan semakin meluas setelah dipelopori oleh beberapa masjid besar kebangganan ummat muslim masa kini antara lain Masjid Agung Surabaya Jawa Timur dan Masjid Islamic Centre Samarinda Kalimantan Timur.
Tidak mustahil jika kemudian nanti akan semakin banyak lagi masjid baru yang memasang lambang hilal atau bulan sabit di atas kubah atau menara tanpa perlu menunggu adanya gerakan mengangkat bulan sabit kembali ke puncak masjid. Jika betul demikian, semangat dan optimisme ummat muslim untuk terus bergerak maju menuju masa depan yang lebih cerah dan gemilang bisa jadi akan dapat menjadi kenyataan bagaikan bulan sabit yang dari kecil kian membesar menjadi purnama yang menyinari Bumi ketika diselimuti kegelapan malam sehingga menjadi terang benderang, InsyaAllah.
Pada saat mengawali tahun baru hijriyah, ada baiknya jika segenap ummat muslim belajar untuk dapat mengerti dan memahami tentang manfaat penting dari penggunaan tahun hijriyah.
Perhitungan Kalender Tahun Hijriyah adalah berdasarkan peredaran bulan mengelilingi bumi, sedangkan perhitungan Kalender Tahun Miladiyah berdasarkan peredaran bumi mengelilingi matahari. Lamanya waktu dalam setahun menurut perhitungan Tahun Hijriyah adalah 354 hari, sedangkan menurut perhitungan Tahun Miladiyah adalah 365 hari.
Sebenarnya jumlah hari dalam setahun tidak persis seperti angka tersebut, tetapi ada kelebihan beberapa jam, beberapa menit dan beberapa detik. Untuk koreksi terhadap adanya kelebihan waktu tersebut yang jumlahnya dalam empat tahun mencapai satu hari lebih, angka dalam perhitungan tahun Miladiyah setiap empat tahun ditambahkan satu hari yang diletakkan di bulan Februari. Bulan Februari yang biasanya adalah 28 hari pada tahun kabisat yang terjadi empat tahun sekali itu jumlahnya menjadi 29 hari seperti yang terjadi pada tahun 2000 Miladiyah.
Tak perlu heran, bahwa karena adanya perbedaan sebelas hari dalam setahun antara perhitungan Tahunn Hijriyah dan Tahun Miladiyah, maka dapat terjadi dua 'Idul Fitri pada tahun 2000 Miladiyah. Hal tersebut dapat terjadi karena menurut perhitungan Tahun Hijriyah telah mencapai setahun, tetapi menurut perhitungan tahun Miladiyah masih perlu melengkapi beberapa hari lagi sampai mencapai akhir Desember.
Nama Tahun Islam dikenal dengan Tahun hijriyah karena perhitungan awwal dimulai dari tahun terjadinya peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW. Sementara itu, tahun kalender yang berlaku umum disebut dengan Tahun Miladiyah karena dianggap perhitungannya dimulai dari tahun kelahiran (milad) Nabi Isa A.S. Manfaat penting dari penggunaan tahun hijriyah adalah agar ummat Muslim terdorong untuk berhijrah meninggalkan kondisi yang jelek menuju kondisi yang baik.

****Tulisan ini disajikan kembali dengan penggantian judul sesuai ide awal penulisannya dan ada juga sedikit perbaikan isi dari yang telah dimuat di Suara Kaltim tanggal 8 dan 9 April 2000 di halaman 7   dan di Harian Kutai Baru 29  dan 30 Maret 2001 Halaman 7.
*) Penulis: Pemerhati Lambang dan Simbol, Tinggal di Loa Bakung Samarinda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar