Sabtu, 27 Desember 2008

Meluruskan niat: IKHLAS MEMBANGUN KALTIM

Meluruskan Niat :
“IKHLAS MEMBANGUN KALTIM UNTUK SEMUA”
Menyambut Gubernur & Wakil Gubernur Terpilih Hasil Pilkada 2008
Oleh : Kunarso *)



Hidup adalah perbuatan, demikian bunyi sebuah iklan yang beberapa waktu lalu gencar disiarkan berbagai stasiun TV di negeri ini. Dalam bahasa lain, perbuatan adalah berarti amal, sehingga berbuat dapat berarti beramal bahkan kemudian kedua kata itu dapat digabung menjadi amal perbuatan.
Pendorong Amal . Manusia melakukan amal perbuatan didorong oleh adanya niat yang tertanam di dalam hati untuk mencapai suatu tujuan dengan anggapan akan menjadi puas jika tujuan itu dapat tercapai. Sementara itu bagi manusia yang percaya bahwa ada kehidupan akhirat yang kekal abadi setelah kehidupan yang fana di dunia ini, maka amal perbuatan mereka didorong oleh niat ikhlas untuk mencapai tujuan lebih jauh yaitu mendapatkan ridha Allah Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, kepadaNya semua akan kembali dengan bekal amal yang dimiliki.
Perusak Amal . Ada empat sifat buruk perusak amal, yaitu : riya’, ujub, sombong dan merasa besar, maka perlu berusaha meluruskan niat, menjaga agar amal tidak rusak.
Riya', adalah ingin mendapatkan pujian dari manusia atas amal baik yang telah dikerjakannya. Paling sedikit ada tiga tanda orang yang riya', yaitu dia akan menjadi giat melakukan suatu perbuatan ketika berada di tengah kerumunan orang; ia akan merasa malas jika tidak ada orang yang melihatnya (di tempat sepi); dan ia suka mendapatkan pujian atas apa saja yang dia kerjakan.
Ujub adalah sifat yang menganggap bahwa ia memiliki kesempurnaan, Terhadap Allah, ujub mengakibatkan lupa akan dosa-dosa, sehingga ia tak merasa perlu menyusulnya dengan taubat dan istighfar (meminta ampunan) kepada Allah. Sebaliknya, ia menganggap besar dan membanggakan amal dan ibadahnya. Ia merasa punya kedudukan di sisi Allah dan merasa memiliki hak atas amal-amalnya yang nota bene merupakan salah satu nikmat dan pemberian Allah. Ujub telah mengajaknya memuji dirinya sendiri dan menyatakan kesucian jiwanya. Padahal Allah telah mengingatkan :"'Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci (QS an-Najm:32)".
Kesombongan adalah anak kandung "ujub". Akar kesombongan adalah ujub. Sombong adalah melecehkan orang dan menolak kebenaran. Sifat sombong menuntut adanya pihak (orang lain) yang disombongi dan hal (sesuatu) yang dipakai untuk bersombong. Dalam hal inilah ujub berbeda dengan sombong. Ujub tidak menuntut adanya orang lain untuk diujubi. Jadi, orang tidak bisa sombong kecuali adanya orang lain. Al-Ghazali mengingatkan bahwa seburuk-buruk kesombongan adalah kesombongan yang menghalangi dari mendapatkan manfaat ilmu, menerima kebenaran, dan mengikuti kebenaran.


Merasa besar, setelah seseorang kembali ke jalan yang lurus, yakni taat melakukan amal baik, syetan terus membisikkan tipu dayanya dengan menyeret hati kepada gila popularitas di antara manusia dan merasa diri besar. Dia merasa perlu dihormati oleh orang lain dalam hal-hal tertentu. Syetan menggoda jiwa dengan menilai diri manusia itu telah diberi anugerah dari Allah yang lebih besar daripada kebanyakan orang lain,

Niat Ikhlas
Secara bahasa, ikhlas bermakna bersih dari kotoran dan menjadikan sesuatu bersih tidak kotor. Maka orang yang ikhlas adalah orang yang menjadikan segala amal perbuatannya murni hanya untuk Allah saja dengan menyembah-Nya dan tidak menyekutukan dengan yang lain dan tidak riya dalam beramal.
Sedangkan secara istilah, ikhlas berarti niat mengharap ridha Allah saja dalam beramal tanpa menyekutukan-Nya dengan yang lain. Memurnikan niatnya dari kotoran yang merusak.
Seseorang yang ikhlas ibarat orang yang sedang membersihkan beras (nampi beras) dari kerikil-kerikil dan batu-batu kecil di sekitar beras. Maka, beras yang dimasak menjadi nikmat dimakan. Tetapi jika beras itu masih kotor, ketika nasi dikunyah akan tergigit kerikil dan batu kecil. Demikianlah keikhlasan, menyebabkan beramal menjadi nikmat, tidak membuat lelah, dan segala pengorbanan tidak terasa berat. Sebaliknya, amal yang dilakukan dengan riya akan menyebabkan amal tidak nikmat. Pelaku riya’ akan mudah menyerah dan selalu kecewa.
Oleh karena itu, amal perbuatan yang dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan ridha Allah SWT., perlu dibarengi dengan niat ikhlas dan menghindari sifat buruk perusak amal.

Dorongan Membangun Kaltim
Dorongan dan motivasi membangun Kaltim selama ini dengan slogan: “BANGGA MEMBANGUN KALTIM”. Semboyan itu seringkali ditulis besar sehingga terbaca dengan jelas dan banyak dipasang di depan pintu masuk kantor. Pemasangan semboyan itu juga banyak terlihat di depan pintu gerbang masuk lokasi lingkungan, kelurahan, desa, kabupaten maupun kota. Penulis tidak tahu persis asal mula penggunaan semboyan itu dan siapa yang melontarkan idenya. Yang jelas, pembangunan di Kaltim selama ini telah menimbulkan banyak korban termasuk para pelaksananya, baik eksekutif, legislatif maupun pihak lain yang membanggakan amalnya. Patut untuk disyukuri dan disambut gembira bahwa Gubernur Kaltim terpilih hasil Pilkada 2008 telah menyatakan akan mengubah slogan tersebut untuk lebih mendorong partisipasi dan dukungan masyarakat menjadi “MEMBANGUN KALTIM UNTUK SEMUA”. InsyaAllah akan lebih sempurna jika slogan itu ditambah kata “IKHLAS” di depannya sehingga ada nuansa religius. Lebih dari itu beban membangun Kaltim akan menjadi ringan, jika ikhlas.
Adalah saat yang tepat, bagi Gubernur dan Wakil Gubernur Kaltim Terpilih nanti setelah dilantik mengawali kegiatannya dengan niat yang lurus dan mantap Bismillah: “IKHLAS MEMBANGUN KALTIM UNTUK SEMUA”.
*) Sekretaris Umum Masjid Jami’ Nurul Huda Loa Bakung Samarinda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar